Di pagi hari saat itu, saya pergi ke sekolah dengan terlambat. Btw waktu itu saya masih kelas 1 Madrasah (Sebelum pindah ke SD). Karena terlambat alhasil saya duduk paling belakang.
Saya rasa saat itu biasa, bagi seseorang yg duduk dibelakang dan tulisan didepan terlihat samar. Makin hari saya menganggap bahwa ini memang wajar, bahwa semua orang merasakan hal yang sama seperti saya.
Entah karena apa, beberapa hari kemudian saya duduk di depan dengan teman sebangku yg tidak saya kenal, tempatnya di pojok kanan tembok. Dan entah kenapa raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan, mungkin hanya perasaan, pikir saya.
Betapa terkejutnya saya saat itu, ternyata setelah duduk di depan pun saya masih merasa samar. Aneh memang tapi saya masih merasa wajar, masih merasa bahwa ini semua dapat dialami setiap orang dimuka bumi.
Saya terus mencari cara agar dapat menulis apa yang ibu guru tulis di papan, salah satunya dengan melempar penghapus saya kedepan dan pada saat mengambilnya curi curi pandang ke papan. Tapi makin lama menggunakan trik itu membuat teman sebangku saya sering marah, karena untuk kedepan saya perlu menyuruhnya bangkit dari kursi yg didudukinya. Oke akhirnya saya menyerah, saya memilih menulis apa yg saya lihat walaupun itu samar dan memang sepertinya salah.
Pembagian rapot pun tiba, hari dimana orang tua murid bertemu dengan guru. Dan pada saat itu bu guru sepertinya bicara kepada orang tua saya bahwa saya mengalami gangguan penglihatan dan bahwa pindahnya saya dari bangku belakang memang sengaja agar saya dapat melihat lebih jelas. Tapi dibalik semua itu fakta yang paling mengejutkan menurut saya adalah bahwa mata saya tidak baik-baik saja, padahal saat itu saya baru merasakan bangku sekolah dasar.
-
Kini semua sudah biasa saja karena saya belajar bahwa tidak semua hal terlihat jelas dari awal, begitupun kehidupan.