Ragam
"Jejak Hijau Odot Kearifan Lokal khas Cipada dan Peran Generasi Muda dalam Menghidupkan Tradisi Agraris"

Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, dikenal bukan hanya karena pemandangan bukitnya tetapi juga praktik pertanian dan peternakan skala kecil yang melekat pada kehidupan masyarakat setempat. Yuk Simak lebih lanjut!

Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, dikenal bukan hanya karena pemandangan bukitnya tetapi juga praktik pertanian dan peternakan skala kecil yang melekat pada kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal di sini tercermin pada cara warga memanfaatkan lahan terbatas untuk pangan dan pakan ternak serta menggabungkan nilai ekonomi dan lingkungan dalam aktivitas sehari-hari. salah satunya Wildan, petani sekaligus peternak muda yang kini juga berstatus mahasiswa di Universitas Padjadjaran yang menjadi subjek pemuda dari desa Cipada, kita dapat melihat bagaimana pengetahuan tradisional bersinggungan dengan pendekatan ilmiah yang lebih modern. Salah satu tanaman yang menjadi pusat perhatian di desa ini adalah rumput odot atau juga bisa disebut varietas Pennisetum purpureum yang memiliki nilai strategis sebagai pakan ternak ruminansia. Tanaman ini dianggap tidak hanya berfungsi sebagai penyedia nutrisi, tetapi juga menjadi bagian dari praktik budaya yang diwariskan turun-temurun.

Apabila ditelusuri lebih jauh, rumput odot yang dikenal efektif sebagai pakan ternyata bukan tanaman asli Indonesia. Jenis ini merupakan varian dari rumput gajah yang mulai diperkenalkan ke berbagai negara tropis pada abad ke-20. Pemanfaatannya meluas ketika para peternak menyadari bahwa rumput ini memiliki batang pendek dengan daun halus, sehingga lebih disukai hewan ternak. Dalam sebuah penelitian tahun 2021 yang disampaikan Junaidi dan Sembiring (2023), menunjukkan bahwa produktivitas odot dapat meningkat signifikan dengan penambahan kompos. Di Cipada sendiri, pengetahuan tentang odot telah beredar dari satu generasi ke generasi berikutnya, diajarkan melalui praktik langsung dalam mengelola lahan. Wildan menjelaskan bahwa orang tua di desanya telah lama memanfaatkan odot untuk menopang kebutuhan pakan harian, sehingga keberadaannya melekat kuat dalam identitas lokal masyarakat.

Seiring waktu, pemanfaatan rumput odot tidak lagi sekadar tradisi, melainkan berkembang menjadi praktik budidaya berbasis pengetahuan ilmiah. Banyak riset terbaru menguatkan keunggulan odot sebagai pakan ternak, terutama karena kadar seratnya yang relatif rendah dan kemampuannya menghasilkan biomassa dalam jumlah besar. Sofia dkk. (2021) bahkan menyebutkan bahwa odot merupakan salah satu alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pakan ruminansia. Penyiapan odot sebagai pakan pun cukup beragam mulai dari pemberian langsung hingga pengolahan menjadi silase. Melki dan Nahak (2023) membuktikan bahwa pencampuran odot dengan isi rumen sapi dapat menghasilkan silase berkualitas tinggi yang lebih mudah dicerna. Di Cipada, metode pengolahan ini mulai dipahami para peternak muda, termasuk Wildan, yang melihat bahwa pengolahan pakan sangat mempengaruhi performa ternak. Kolaborasi antara pemahaman tradisional dan data penelitian membuat budidaya odot di desa ini semakin efektif.

Sebelum digunakan sebagai pakan, rumput odot harus melalui serangkaian proses pengolahan agar kualitas nutrisinya tetap stabil, terutama ketika musim sulit tiba. Wildan menerangkan bahwa salah satu strategi yang banyak dilakukan di desanya adalah fermentasi sederhana melalui pembuatan silase. Cara ini memungkinkan rumput disimpan dalam waktu lama tanpa kehilangan nilai gizinya. Langkah-langkah yang dilakukan cukup praktis rumput dipotong pendek, kemudian dicampur bahan organik tertentu, lalu disimpan dalam kondisi tertutup rapat. Temuan dari Melki dan Talan (2023) sejalan dengan praktik lokal tersebut, mereka menemukan bahwa silase odot dengan penambahan isi rumen menghasilkan kadar nutrisi yang lebih baik daripada yang hanya disimpan tanpa campuran. Pengetahuan ilmiah ini memperkuat praktik lokal, sehingga peternak muda seperti Wildan lebih percaya diri dalam menerapkan metode tersebut.

Namun sebelum proses pengolahan dilakukan, budidaya rumput odot sendiri memerlukan langkah-langkah yang tepat. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan pengalaman Wildan mengelola lahan, penanaman odot umumnya dilakukan setelah lahan dibersihkan dari gulma dan diratakan. Stek batang dipilih dari rumpun yang sehat, kemudian ditanam dengan jarak tertentu agar tanaman tidak saling bersaing memperebutkan nutrisi. Teknik ini sejalan dengan temuan Rahmadani (2022) yang meneliti kompetisi antara odot dan tanaman leguminosa lain. Ia menjelaskan bahwa jarak tanam yang terukur mampu menekan tingkat persaingan antartanaman sehingga hasil produksi meningkat. Di Cipada, aturan tidak tertulis mengenai pemilihan bibit dan pola tanam telah diwariskan dalam komunitas petani, dan hingga kini masih dipertahankan sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjaga kualitas lahan.

Pemeliharaan rumput odot menjadi aspek penting lain yang tidak dapat diabaikan. Masyarakat Cipada memiliki cara tradisional sendiri, misalnya memberikan bahan organik dari limbah dapur atau kotoran ternak sebagai pupuk alami. Hal ini kemudian dikombinasikan dengan temuan riset modern, seperti penelitian Fauzi dan Warisman (2024) yang menunjukkan bahwa kasgot atau media sisa budidaya maggot BSF dapat mempercepat pertumbuhan rumput odot dan membuat daunnya lebih tebal. Praktik ini mulai diterapkan para peternak muda yang ingin mengoptimalkan lahan sempit. Wildan menekankan bahwa setiap minggu masyarakat biasanya melakukan pembersihan gulma dan memastikan sistem drainase tetap baik agar tanaman tidak tergenang. Hal ini menunjukkan bahwa praktik perawatan rumput odot tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis, tetapi juga mencerminkan kedisiplinan serta rasa tanggung jawab masyarakat terhadap lahan mereka.

Jika diperhatikan secara keseluruhan, keterpaduan antara tradisi lokal dan inovasi pertanian modern menjadikan Desa Cipada sebagai contoh menarik dalam pengelolaan sumber daya berbasis kearifan lokal. Rumput odot bukan lagi sekadar tanaman pakan, tetapi telah menjadi bagian dari identitas pertanian desa, sekaligus pintu masuk bagi generasi muda seperti Wildan untuk menerapkan ilmu yang ia pelajari di bangku kuliah. Kehadiran riset-riset terbaru membuat masyarakat semakin mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan peternakan masa kini. Kearifan yang diwariskan para sesepuh tetap menjadi pondasi, namun telah dilengkapi pemahaman ilmiah yang membuka peluang baru dalam pengembangan potensi desa.

DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, A., & Warisman, H. (2024). Pemanfaatan kasgot sebagai penunjang pertumbuhan rumput odot (Pennisetum purpureum).
Junaidi, A., & Sembiring, F. (2023). Peningkatan produktivitas rumput odot melalui penambahan kompos organik.
Melki, Y., & Nahak, H. (2023). Kualitas silase campuran rumput odot dengan isi rumen sapi pada proses fermentasi anaerob.
Melki, Y., & Talan, S. (2023). Perbaikan kandungan nutrisi silase rumput odot melalui penambahan isi rumen.
Rahmadani, R. (2022). Pengaruh jarak tanam terhadap persaingan rumput odot dan tanaman leguminosa.
Sofia, L., Ramadhani, P., & Yuliani, R. (2021). Potensi rumput odot sebagai pakan alternatif ruminansia dalam sistem peternakan berkelanjutan.
Wildan. (2025). Riset pribadi, 12 November 2025, Cipada.





Riska Dini Fatimah

Riska Dini Fatimah adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Siliwangi. Ia memiliki ketertarikan besar pada dunia literasi, terutama dalam membaca dan mengkaji karya sastra modern. Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, Riska juga gemar traveling dan mendaki gunung, dua kegiatan yang menurutnya sama-sama membuka cakrawala, baik secara fisik maupun batin.



0 Komentar





Ragam Lainnya