Kejadian itu terulang untuk kesekian kalinya. Tuhan semoga lelaki itu bahagia disana bersama pilihannya. Kali ini aku tak pernah berharap lebih apapun, pada siapapun, dimanapun. Kini lelah sudah asa dan harapanku yang kemarin terlanjur mulai kupupuk serta kusiram setiap harinya. Pupus sudah layu tak tahu-menahu kapan akan bertumbuh dan berkembang dengan elok nan indah sesuai harapan.
Gadis itu beruntung telah dipilih menjadi wanitanya, sedangkan aku disini hanya seseorang yang meratapi dari jauh atas kemenangan yang gadis itu dapatkan darinya. Sedih… sudah pasti tentu, tak perlu ditanya lagi bagi seorang perempuan yang memeluk kedua lutut. Kisah yang telah ditata dengan rapih itu kini mulai berhamburan bersama waktu yang takkan pernah pulang. Kisah itu kini menjadi sekedar bayangan dan kenangan yang terlewatkan begitu saja. Terlalu indah untuk dikenang, sehingga terlalu sakit untuk dilupakan.
Seperti tinta hitam yang menggores kertas origami mejikuhibiniu. Menghasilkan warna gelap namun, diantara warna-warna itu hanya hitam yang selalu berperan dan tampak pekat pada setiap lembarannya. Begitu juga lelaki itu, bernuansa misterius datang pada kehidupan mejikuhibiniuku dengan tinta hitamnya yang selalu menemani di sela hari-hariku. Meski warnaku ternoda oleh hitam legamnya, namun anehnya aku takkan pernah bisa menghapusnya.
Akhir-akhir ini bulan itu selalu membuatku terpukau, keberadaannya di malam hari membuatku selalu mengingatnya. Walaupun matahari menggantikan posisinya tapi, dimataku tetaplah yang kutatap dan kuingat dengan sendu itu bulan. Entah berubah menjadi purnama, sabit, bahkan gerhanapun tak pernah membuat rasa itu pudar. Hingga membuat arah pandangku abadi pada bayangan keindahannya, walau sudut pandang orang tentangnya itu selalu memberi celah tuk membuatku membencinya, namun aku takkan pernah bisa melakukannya.
Selamat atas kemenanganmu bintang, aku hanyalah matahari yang takkan pernah bisa bersanding dengan sang bulan. Malam tepat 27 penghujung tahun ini, menjadi saksi bahwa di sela kebahagiaan mereka ada ringkihan seorang perempuan. Perempuan yang memeluk serta menggenggam erat lentera dengan sebuah belati yang ditinggalkannya.