Gelap…
Satu kata yang selalu anak laki-laki itu katakan setiap harinya. Sebulan genap sudah kata itupun menjadi rutinitas permanen yang selalu terlontarkan dalam kamus kehidupan. Tujuan hidupnya tak pernah tertuju dan terarah. Pada akhirnya ia hanya menyerah dengan segalanya dan mengikuti alur kehidupan yang tak menentu kemana ia akan berlabuh.
Namun, suatu ketika hidupnya perlahan berubah. Ada sosok pahlawan yang tiba-tiba saja datang tak tahu darimana asal keberadaannya. Pahlawan itu yang mengenalkan arti warna kehidupan, keindahan, juga warna – warna lain yang belum pernah teraba olehnya.
Kala itu ia hanya bisa mendengarkan apa yang pahlawannya arahkan, juga mengikuti bagaimana cara warna itu bekerja dan tercipta. Hingga terasa sudah tahun demi tahun berjalan, anak lelaki itu beranjak dewasa. Saat ini kehidupannya sangatlah terang. Namun apalah daya ketika ia bersinar, sang pahlawan pun sirna. Akan tetapi, sebelumnya pahlawan itu menitipkan pesan yang tak pernah ia lupakan hingga saat ini.
“Nak… Ketika nanti kamu beranjak dewasa, tak apa suatu saat memorimu akan melebur seiring rotasi waktu. Namun, yang Ibu titipkan hanyalah do’akan selalu ketika sudah tiada nanti beserta tiga kata ajaib yang harus kamu tanamkan dalam seumur hidupmu Nak…!” Ucap pahlawan itu.
“Apa tiga kata ajaib itu Ibu…”Ucapnya.
“Tolong, maaf, dan terimakasih” Suara terakhir yang terucap dari mulutnya.
Ibu, pahlawan itu ialah ibuku yang sudah membesarkanku sampai saat ini. Masa depanku terarah karena warna yang ia salurkan, berikan, dan bagikan pada kehidupanku. Walau ibu telah tiada tetapi, warna-warna itu ialah jasanya yang takkan pernah pudar dalam kamus kehidupan.
Pusara itu sering ia kunjungi hingga usianya saat ini. Sesuai permintaannya yang selalu ingin didoakan ketika sudah tiada. Dan warna itupun ia salurkan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Walaupun caranya takkan pernah sama dengan cara yang ia salurkan kepadaku. Juga tiga kata ajaibnya pun tak pernah lupa ia tanam hingga bagikan kepada orang-orang yang belum berkenalan dengan ketiganya.
Kini ia menyadari, orang tersayang dan yang paling menyanyanginya didunia sudah beristirahat dengan tenang nan jauh disana. Namun, dengan menyalurkan warna itu, ia juga menyadari bisa menjadi salahsatu kesayangan orang-orang disekitarnya.