ARTS-BASED EDUCATIONAL RESEARCH (ABER) SEBAGAIN STRATEGI REVITALISASI CERITA RAKYAT GALUNGGUNG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ERA MULTILITERASI
Oleh Nuke Marsya Ramadanti | Rabu, 03 Desember 2025 09:28 WIB | 8 Views
Pendekatan Arts-Based Educational Research (ABER) menjadi strategi efektif untuk merevitalisasi cerita rakyat Galunggung melalui transformasi seni visual, audio, performatif, dan multimedia sehingga lebih relevan dengan pembelajaran bahasa di era multiliterasi. Dengan memadukan kreativitas, teknologi, dan nilai budaya, ABER memungkinkan peserta didik tidak hanya memahami isi cerita rakyat, tetapi juga mengalaminya secara estetik dan digital. Pendekatan ini membantu pendidik menghadirkan pembelajaran yang lebih menarik, bermakna, dan sesuai dengan kebutuhan generasi masa kini, sekaligus menjaga warisan budaya agar tetap hidup dalam konteks pendidikan modern.
ARTS-BASED EDUCATIONAL RESEARCH (ABER) SEBAGAIN STRATEGI REVITALISASI CERITA RAKYAT GALUNGGUNG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ERA MULTILITERASI
PENGERTIAN
Pendekatan Arts-Based Educational Research (ABER) dapat menjadi strategi inovatif untuk menghidupkan kembali cerita rakyat Galunggung yang mulai terlupakan. Melalui pendekatan seni—visual, audio, performatif, dan digital—cerita rakyat dapat dipresentasikan ulang secara kreatif sehingga relevan dengan karakter pembelajaran di era multiliterasi. Peserta didik tak hanya membaca teks, tetapi juga memaknai cerita melalui berbagai mode literasi seperti visual literacy, digital literacy, critical literacy, hingga cultural literacy.
PEMBELAJARAN BAHASA ERA MULTILITERASI
- Pada era Multiliterasi, terjadi pergeseran orientasi pembelajaran bahasa, yang tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan aspek linguistik, melainkan menekankan pada kemampuan memahami dan memproduksi teks dalam berbagai moda.
- Multiliterasi menuntut kreativitas, interpretasi budaya, serta literasi teknologi sebagai bagian dari kompetensi berbahasa yang utuh.
- Dengan demikian, pendidik bahasa ditantang untuk menghadirkan materi yang relevan, bermakna, dan mampu menjembatani kebutuhan peserta didik yang hidup dalam ekosistem digital.
PROBLEMATIKA CERITA RAKYAT GALUNGGUNG
- Penurunan minat generasi muda pada cerita rakyat disebabkan dominasi budaya digital. Hal ini diperkuat dengan adanya anggapan cerita rakyat bersifat arkais dan kurang relevan dengan perkembangan zaman.
- Padahal di dalam cerita rakyat atau sastra lisan pada umumnya terdapat kekuatan pedagogis sebab memuat nilai budaya, kosakata puitik, simbolisme, dan ekspresi estetis yang kaya.
- Akibatnya, cerita rakyat yang seharusnya menjadi sumber nilai, identitas budaya, dan pendidikan moral tidak lagi menjadi bagian dari konsumsi literasi generasi muda.
ABER SEBAGAI JEMBATAN METODOLOGIS KONSTRUKTIF
- Optimalisasi cerita rakyat dalam pembelajaran bahasa era multiliterasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan Art-Based Educational Research (ABER) yang berfokus pada upaya penyajian cerita rakyat sesuai dengan preferensi digital pada masa kini.
- ABER dimanfaatkan sebagai pendekatan strategis yang memungkinkan transformasi atau alih wahana cerita rakyat menjadi karya seni yang sesuai untuk pembelajaran bahasa pada era multiliterasi.
- ABER membuka peluang bagi cerita rakyat Galunggung untuk dialihwahanakan menjadi karya seni multimedia yang tidak hanya menyelamatkan warisan budaya dari keterlupaan, tetapi sekaligus menjadikannya bahan ajar yang relevan untuk pembelajaran bahasa di abad ke-21.
INTEGRASI SENI PERTUNJUKAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
- Pendidik bahasa sering menghadapi keterbatasan media pembelajaran inovatif yang mampu menjembatani kebutuhan estetis, kognitif, dan penguatan literasi digital peserta didik.
- Pemanfaatan seni memiliki potensi memberikan makna yang lebih dalam pada peserta didik untuk mengalami pembelajaran yang berkesan. Oleh sebab itu, seni memiliki manfaat yang signifikan, sebab seni lebih mempengaruhi emosi serta dapat mengubah cara melihat dan berpikir pada peserta didik.
- Oleh sebab itu diperlukanlah pendekatan kreatif berbasis seni untuk memproduksi seni pertunjukan multimedia dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran, agar pembelajaran bahasa tidak stagnan dalam zona konvensional.
SIMPULAN
Pendekatan Arts-Based Educational Research (ABER) menjadi strategi yang relevan dan efektif dalam merevitalisasi cerita rakyat Galunggung di tengah tantangan era multiliterasi. Melalui transformasi cerita rakyat menjadi karya seni visual, audio, performatif, dan multimedia, ABER mampu menjembatani kebutuhan pembelajaran bahasa yang menuntut kreativitas, interpretasi budaya, serta literasi digital. Cerita rakyat yang sebelumnya dianggap arkais dapat dihadirkan kembali dengan cara yang lebih dinamis, menarik, dan sesuai dengan karakteristik peserta didik masa kini.
Pembelajaran bahasa di era multiliterasi membutuhkan inovasi yang mampu memperkaya pengalaman belajar sekaligus menumbuhkan kesadaran budaya. Dalam konteks tersebut, ABER berperan sebagai pendekatan metodologis konstruktif yang memungkinkan peserta didik tidak hanya membaca, tetapi juga mengalami, menafsirkan, dan menciptakan kembali cerita rakyat sebagai bentuk ekspresi multiliterasi.
Integrasi seni pertunjukan multimedia berbasis ABER terbukti membuka ruang bagi pembelajaran bahasa yang lebih bermakna, holistik, dan dialogis. Tidak hanya mengembangkan kompetensi berbahasa, tetapi juga menumbuhkan sensitifitas estetis, penguatan identitas budaya, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Dengan demikian, revitalisasi cerita rakyat Galunggung melalui ABER tidak hanya menjadi upaya pelestarian budaya, tetapi juga strategi pedagogis yang menjawab tuntutan pembelajaran abad ke-21. Pendekatan ini menegaskan bahwa seni, teknologi, dan budaya dapat berpadu untuk menghasilkan pembelajaran bahasa yang inovatif, relevan, dan berdampak bagi generasi muda.
Nuke Marsya Ramadanti adalah anggota komunitas Literasiliwangi yang bergabung sejak Dec 2023
0 Komentar