Semuanya dimulai dari notifikasi kecil, aku membukannya seperti membuka pintu ke masa yang belum kutahu akan kukenang. Itulah pertama kalinya aku berbincang dengan Nirwana. Bukan lewat suara, wajah, atau panggilan video. Tapi lewat kata-kata yang diketik dengan hati yang tak saling mengenal tapi entah kenapa bisa saling memahami. Kami memulai dengan bertukar draft cerita, kami menyusun cerita seperti menyusun pelindung luka. Di sana lah kami memulai tali persahabatan yang cukup singkat namun melekat. Setiap malam obrolan kami bergulir lewat jendela kecil di ruang obrolan di forum langit kata. “Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Kami mempercayai itu. Bahwa dengan menulis, kita tak benar-benar pergi, karena kita meninggalkan jejak dalam sebuah tulisan. Pada suatu malam Nirwana menulis “Mungkin, sahabat sejati bukan yang mengenal wajahmu, tapi yang tahu caramu menyusun kalimat patah hati.” Dan aku menjawab “Menulis adalah cara paling sunyi untuk mencintai.” Dalam obrolan hangat, kami saling mengirim pesan. Nirwana berkata " Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu." Aku menjawab "Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang." Kami berbeda, tapi menyatu diruang obrolan bernama kata. Di malam itu yang ditemani rincik hujan, aku pernah menulis “Nirwana, kamu membuat kata menjadi rumah. Bahkan sunyi terasa nyaman di antara kalimat-kalimat yang kamu tulis. Tetapi dia hanya menjawab “Barangkali aku mencintai kenangan lebih dari kenyataan.” Lalu semuanya seperti hal indah yang tidak diberi janji, yang menghilang begitu saja. Awalnya dia hanya terlambat membalas, lalu perlahan tidak ada balasan darinya, status akunnya menjadi tidak aktif. Folder bersama kami tak lagi terisi dan pesan terakhirnya hanya “jangan tunggu aku, tapi jangan lupakan aku.” Aku menyalin kalimat itu kedalam buku catatan digitalku. Lalu mengucapkannya setiap malam seperti mantra “beberapa orang hadir hanya untuk ditulis, bukan untuk dimiliki.” Hari ini aku kembali membaca ulang semua obrolan. Dan entah kenapa, hatiku masih menunggu, karena sebagian dari kita tidak pernah benar-benar siap kehilangan."Yang patah tumbuh yang hilang berganti". Tapi nyatanya, tidak semua yang hilang bisa diganti. Nirwana jika kamu membaca ini di mana pun kau berada, aku ingin kamu tahu bahwa aku masih menulis puisi di forum lama itu, meski tak ada balasan. Karena seperti kata mu dulu "Puisi adalah cara kita saling memeluk, bahkan saat tangan tidak bisa menjangkau." Dan aku percaya satu hal "Yang fana adalah waktu." Begitupun kita yang pada akhirnya tidak saling menyapa lagi di ruang obrolan entah karena apa akupun tidak tau tapi yang jelas kita meninggalkan jejak kata di ruang obrolan yang akan selalu aku simpan. Karena sebuah jejak akan terus melekat dan tersimpan dan menjadi sebuah kenangan dan kesepian. Semuanya berlalu seperti bunga gugur yang berterbangan tertiup angin. Dia dan aku akan terus abadi menajdi sebuah tulisan di laman ruang obrolan. walapun begitu hidup akan terus berjalan, waktu akan terus berputar, aku harus terus berjalan menggapai semua impian untuk terus lebih banyak meninggalkan jejak kata di ruang obrolan. karena setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Semoga dia tidak pernah melupakan semua jejak kata yang telah ditulis di ruang obrolan itu, semoga dia menyimpan semua catatan yang di isi draft itu.