AI terbukti mampu melakukan tugas yang mustahil dilakukan manusia karena keterbatasan waktu dan tenaga. Prof Stella memberikan contoh nyata yaitu ada seorang anak kelas 3 SD di Tiongkok yang menulis karangan bahasa Mandarin setiap hari. AI dapat secara otomatis memberikan nilai serta umpan balik yang super rinci. Umpan balik tersebut sangat komprehensif, mencakup koreksi tata bahasa, saran untuk mengganti kata yang diulang-ulang, hingga saran untuk membuat kalimat lebih formal.
Hal ini jelas mustahil bagi seorang guru yang harus memberikan umpan balik sedetail itu kepada 35–45 siswa, setiap hari. AI secara efektif menghilangkan hambatan ini yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan energi manusia. AI menjamin bahwa umpan balik (koreksi atau penghargaan) akan paling efektif jika diberikan segera saat siswa masih mengingatnya. Dengan kemampuan AI, prinsip umpan balik ini dapat diterapkan secara massal dan konsisten, memastikan setiap anak mendapat perhatian yang tepat pada waktunya. Hal tersebut disampaikan Prof Stella dikutip pada siaran langsung di Chanel Youtobe IKIP Siliwangi TV Cimahi, Kamis (27/11/2025).
AI bisa menghapus hambatan ini. umpan balik (koreksi) akan paling efektif jika diberikan segera saat siswa masih mengingatnya. Dengan kemampuan AI, prinsip umpan balik segera ini dapat diterapkan secara massal dan konsisten, menjamin setiap anak mendapat perhatian yang tepat waktu.
“Jika kita terlalu terpesona pada kecepatan AI, kita berisiko menghasilkan siswa yang pintar di atas kertas, tetapi tidak benar-benar memahami”, Tujuan akhir yang harus dikejar oleh pendidikan adalah Generaliasi, yaitu kemampuan anak untuk mengambil konsep yang dipelajari di satu tempat (misalnya, di buku) dan menggunakannya dalam konteks atau situasi baru (misalnya, dalam kehidupan nyata). Kita harus berhati-hati dengan teknologi yang terlalu 'keren'. Anak-anak mungkin sangat terlibat dan senang, tapi fokus mereka bisa beralih ke teknologi itu sendiri, bukan konsep yang dipelajari.” ujar Prof Stella (27/11/2025).
Oleh karena itu, jika mau menggunakan AI harus pintar menyesuaikan materi agar setiap siswa selalu berada di zona tantangan yang optimal ini untuk mendorong pemikiran aktif. Salah satu kritik utama Prof. Stella adalah potensi AI mengurangi interaksi sosial.
“jika kita menggunakan AI secara berlebihan sehingga mengurangi waktu interaksi antara guru dan siswa, atau antara siswa dengan sesama siswa, maka hasilnya cepat, kualitas pembentukan pengetahuan anak akan terancam”. ujar Prof Stella (27/11/2025).
Guru harus tetap menjadi pusat interaksi sosial tersebut. Interaksi ini adalah untuk mencapai Generalisasi. Contohnya, guru harus mencontohkan konsep pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menggabungkan interaksi sosial seperti menghitung sisa adonan kue, membandingkan harga per kilogram buah. Melalui interaksi sosial ini, matematika menjadi relevan dan mudah dipahami, yang pada akhirnya meningkatkan generalisasi dan pemahaman sejati mereka.
Guru harus berpegangan pada landasan ilmiah. Guru harus mendasarkan semua keputusan mereka pada bukti empiris—hasil penelitian ilmiah yang sudah teruji. Prod Stella mengingatkan guru untuk tidak mudah mengikuti teori atau tren pengajaran baru karena teori hanyalah ide yang harus diuji. Yang paling penting yaitu mengetahui metode mana yang terbukti bekerja secara bukti empiris.
AI membawa manfaat besar. Namun, pendidik harus berhati-hati terhadap teknologi yang terlalu menarik dan harus memastikan peran interaksi sosial yang disediakan oleh guru adalah kunci belajar yang tak tergantikan. Oleh karena itu, guru harus menggunakan AI sebagai alat penunjang, bukan pengganti, interaksi sosial yang didasarkan pada bukti empiris.